INDUSTRI SERAT SABUT KELAPA
(COCO FIBER)
Nama Pengusaha
RIDWAN MANGKUBUMI
Disusun oleh :
ARIEF GUNADI (12108343)
ANGELINA VENDY A (10108235)
DEVI AFRIANI P (10108549)
IMBARIFTA PUTRI Y (11108004)
JEANE WAHYU UTAMI (11108068)
KIKI NOVIA (11108119)
MILA DWI PUTRI (11108243)
NURMALITA RAHAYU (11108472)
NOVI KARLINA (11108439)
YULIANNI (12108121)
KELAS : 2KA08
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS GUNADARMA
2009
PT. PRIMA UTAMA MANDIRI
Jl. Kawasan Industri Kav. 68 Cikarang, Jawa Barat
Telp. (0411)-8698873
No. : .../15/pum -PBDU/II/2009
Tanggal : 05 Oktober 2009
H a l : Permohonan Bantuan Dana Usaha
Kepada
Yth : Kadin Pengembangan Ekonomi Kecil dan Menengah
Jl. A.P. Pettarani No.12
Cikarang – Jawa Barat
Telepon 0411 876543
Dalam menghadapi era perdagangan bebas, sangat dibutuhkan peningkatan persaingan pasar guna meningkatkan perekenomian yang lebih seimbang serta peningkatan sumber daya manusia.
Menanggapi hal tersebut, PT. Prima Utama Mandiri bermaksud menambah perluasan modal untuk lebih meningkatkan hasil tambak dan juga tenaga kerja.
Bersama ini kami sampaikan permohonan proposal bantuan modal sebesar Rp.594.428.500, untuk ekspandi perusahaan.
Sebagai bahan pertimbangan bagi Bapak bersama ini,kami lampirkan sebagai berikut :
1. Foto Copy Surat Izin Domisili
2. Foto Copy SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
3. Foto copy NPWP
4. Foto copy Sertifikat Tanah Hak Milik
5. Foto copy IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
6. Foto Copy Kartu Keluarga
7. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Besar harapan kami permohonan ini dapat terealisir sesuai dengan kebutuhan yang tertera pada proposal.
Atas perhatian dan bantuannya kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami
PT. Prima Utama Mandiri
Ridwan Mangkubumi
Direktur
Data Perusahaan
1. Nama Perusahaan : PT “Prima Utama Mandiri”
2. Bidang Usaha : Industri
3. Jenis Produk : Industri Pembuatan Serat Kelapa
4. Alamat Perusahaan : Jl. Kawasan Industri Kav.68, , Cikarang, Jawa barat
5. Nomor Telepon : (0411)-876543
Data Pemilik
1. Nama Pemilik : Ridwan Mangkubumi
2. Jabatan : Direktur
3. Tempat tanggal lahir : Bandung, 23 Oktober 1978
4. Alamat Rumah : Jl. Kawasan Industri No.68 Cikarang, Jawa barat
5. Nomor Telephon : 085299242183
Struktur Organisasi :
Direktur : Ridwan Mangkubumi
Kepala Bag.Pemasaran : Laksmana, ST.
Kepala Bag. Administrasi : Lili Sugiarti S.E.
Bendahara : Lenny Armika, S.E.
Karyawan : 35 Orang
USAHA PRODUKSI SERAT SABUT KELAPA (COCO FIBER)
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada tahun 2000, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76 juta Ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar (95 persen) merupakan perkebunan rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.
Sabut kelapa merupakan hasil samping, dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya.
Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco Fiber, Coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan sabut kelapa. Secara tradisionil serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga lain. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan hardboard. Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir Fiber Sheet yang digunakan untuk lapisan kursi mobil, Spring Bed dan lain-lain.
Serat sabut kelapa bagi negara-negara tetangga penghasil kelapa sudah merupakan komoditi ekspor yang memasok kebutuhan dunia yang berkisar 75,7 ribu ton pada tahun 1990. Indonesia walaupun merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia, pangsa pasar serat sabut kelapa masih sangat kecil. Kecenderungan kebutuhan dunia terhadap serat kelapa yang meningkat dan perkembangan jumlah dan keragaman industri di Indonesia yang berpotensi dalam menggunakan serat sabut kelapa sebagai bahan baku / bahan pembantu, merupakan potensi yang besar bagi pengembangan industri pengolahan serat sabut kelapa.
Hasil samping pengolahan serat sabut kelapa berupa butiran-butiran gabus sabut kelapa, dikenal dengan nama Coco Peat. Sifat fisika-kimianya yang dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk, serta dapat menetralkan keasaman tanah menjadikan hasil samping ini mempunyai nilai ekonomi. Coco Peat digunakan sebagai media pertumbuhan tanaman hortikultur dan media tanaman rumah kaca.
Dari aspek teknologi, pengolahan serat sabut kelapa relatif sederhana yang dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Adapun kendala dan masalah dalam pengembangan usaha kecil/menengah industri pengolahan serat sabut kelapa adalah keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta kualitas serat yang masih belum memenuhi persyaratan.
Dalam rangka menunjang pengembangan industri serat sabut kelapa yang potensial ini, diperlukan acuan yang dapat dimanfaatkan pihak perbankan, investor serta pengusaha kecil dan menengah sehingga memudahkan semua pihak dalam mengimplementasikan pengembangan usaha pengolahan serat sabut kelapa ini. Oleh karena itu, untuk mengembangkan usaha pengolahan serat sabut kelapa ini, PT. Prima Utama Mandiri sangat mengharapkan bantuan dari pihak perbankan.
ASPEK PEMASARAN
HARGA
Berdasarkan studi kasus di Kabupaten Bone harga serat sabut kelapa di tingkat produsen berkisar antara Rp. 500 - Rp.600 per Kg, sedangkan harga di tingkat pembeli di Makassar dan kota-kota besar berkisar antara Rp. 900 - Rp. 1200 per Kg, yang tergantung kepada kualitas sabut yang dihasilkan.
Harga serat sabut kelapa di pasaran ekspor adalah sebesar US $ 210 per ton (FOB), sedangkan harga CIF di negara tujuan (Rotterdam) adalah sebesar US $ 360 per ton. Harga serat sabut kelapa Indonesia di pasaran ekspor relatif lebih rendah dibandingkan dengan serat sabut kelapa ex. India, yang bernilai sekitar US $ 290 - 320 per ton (FOB), akan tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan produksi Srilanka yaitu sebesar US $ 220 - 270 per ton (FOB). Merujuk kepada perkembangan harga mattress fiber produksi Srilanka, terdapat kecenderungan kenaikan harga dalam periode 1997 - 1999, yaitu rata-rata sebesar 3 persen per tahun.
PERSAINGAN DAN PELUANG PASAR
Potensi persaingan industri serat sabut kelapa dapat ditinjau dari aspek persaingan produk substitusi dan persaingan industri sejenis. Dari aspek persaingan produk substitusi, khususnya sebagai bahan baku untuk industri jok kursi (mobil dan rumah tangga), dash board mobil, tali dan produk sejenis, serat sabut kelapa menghadapi persaingan dengan industri produk sintetis seperti karet busa dan plastik. Walaupun demikian, karakteristik fisika-kimia serat sabut kelapa yang spesifik dan biodegradable serta berfungsi sebagai heat retardant menjadikan serat sabut kelapa mempunyai fungsi yang spesifik yang tidak dapat digantikan oleh produk sintetis. Selain itu kesadaran konsumen terhadap kelestarian akan lingkungan dan kecenderungan untuk kembali menggunakan produk alami, menyebabkan serat sabut kelapa mempunyai peluang pasar dan mampu bersaing dengan produk-produk sintetis. Selain itu karakteristik fisika-kimia serat sabut kelapa menjadikan serat sabut kelapa berpotensi sebagai bahan baku untuk pengembangan produk industri seperti geotextile.
Dari aspek persaingan industri sejenis, serat sabut kelapa Indonesia dihadapkan kepada negara-negara pesaing yang lebih maju dalam hal teknologi produksi serat sabut kelapa, sehingga mempunyai kualitas yang lebih unggul. Persaingan tersebut juga dihadapi oleh karena perkembangan aplikasi teknologi yang lebih maju dalam membuat produk industri dengan bahan baku serat sabut kelapa. Negara-negara pesaing Indonesia tersebut antara lain adalah Srilanka, India, Thailand dan Philipina.
Ditinjau dari kecenderungan permintaan dunia terhadap serat sabut kelapa yang meningkat, serta kontribusi Indonesia yang masih sangat kecil dalam perdagangan dunia, serat sabut kelapa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (potensi produksi sabut kelapa) dan mempunyai peluang yang besar. Peluang tersebut dapat diraih dengan syarat adanya perbaikan dan pengembangan teknologi proses sehingga menghasilkan serat yang memenuhi persyaratan kualitas yang diinginkan pasar.