Hipotesis persilangan antara manusia modern dan Neanderthal 50.000-80.000 tahun lalu akhirnya terbukti. di dalam diri kita masing-masing saat ini terdapat 1-4 persen prporsi materi genetik Neanderthal. Artinya, kita termasuk keturunan spesies Neanderthal. Begitulah kesimpulan hasil penelitian deoxyribonucleid acid (DNA) terbaru tim Svante Paabo dari Max Planck Institute for Evolution Anthropology di Leipzig, Jerman, pertengahan Mei ini. Penenmuan ini sangat mengejutkan dunia karena selama ini
Neanderthal (Homo Neanderthalensis) selalu dianggap spesies manusia yang berbeda dengan kita
(Homo Sapiens).
Padahal, sebenarnya jika dilihat dari bentuk fisik saja, kita memang mirip Neanderthal meski tidak sama persis. Budaya atau kebiasaannya pun mirip jika dilihat dari peralatan dari batu yang digunakan sehari-hari. Keahlian berburu di darat dan di laut juga sama-sama dimiliki Neanderthal dan manusia modern awal.
Sejauh ini , teori asal-usul manusia modern menyebutkan nenek moyang Homo Sapiens berasal dari Afrika 200.000 tahun lalu. Kemudian, ada kelompok kecil Homo Sapiens yang memilih migrasi ke segala penjuru 50.000-60.000 tahun yang lalu. Pada kisaran tahun itu mungkin diperkirakan terjadi persilangan di sekitar Timur Tengah atau Afrika Utara tak lama setelah manusia modern berimigrasi dari afrika bukan dari Eropa sperti dugaan awal ilmuwan.
Tim Paabo yang menangani penelitian ini sebelumnya telah mengumpulkan bukti-bukti dan membandingkan genom dari China, Perancis, Papua Nugini, Afrika Selatan dan Afrika Barat dengan genom Neanderthal yang didapat dari Kroasia, Rusia, Jerman dan Spanyol dan hasilnya 1-4 persen genom dari non-afrika terdapat genom dari Neanderthal.
Menurut para peneliti dan ilmuwan Neanderthal, tiba-tiba Homo Sapiens menyimpang dari garis evolusi manusia sekitar 40.000 tahun yang lalu dan lebih banyak berimigrasi ke arah utara Mediterania, sementara manusia modern bergerak ke arah selatan Mediterania. Sebenarnya antara Neanderthal dengan manusia modern terdapat perbedaan seperti tinggi, pertumbuhan otak, struktur tengkorak, metabolisme, jenis kulit dan kemapuan sembuh dari luka sehingga sampai sekaran masih menjadi perdebatan diantara kalangan peneliti.
sumber:
kompas,15 Mei 2010
0 komentar:
Posting Komentar