Selasa, 08 Juni 2010

Dewa Ganesha

Pengertian Ganesha
Ganesa (Sansekerta गणेश ganeṣa dengarkan) adalah dewa ilmu pengetahuan. Dalam pewayangan disebut Batara Gana, merupakan salah satu putra Batara Guru (Siwa). Gana diwujudkan berkepala gajah dan berbadan manusia. Dalam pewayangan ia tinggal di kahyangan istananya disebut Glugu Tinatar.

Ganesha atau Ganesa (Sansekerta गणेश ganeṣa dengarkan) adalah dewa ilmu pengetahuan. Dalam pewayangan disebut Batara Gana, Oleh orang-orang bijaksana, Ganesha diberi gelar Dewa pengetahuan, Dewa pelindung, Dewa penolak sesuatu yang buruk, Dewa keselamatan, dan lain sebagainya. Dalam ukiran-ukiran di candi, patung-patung dan lukisan, Beliau sering dilukiskan bermuka gajah, bertangan empat, bertubuh tambun dan menunggangi tikus

Bermuka gajah melambangkan Dewa Ganesha sebagai perintang segala kesulitan, bagaikan gajah merintangi musuhnya dengan gading yang tajam dan belalai yang panjang. Bertangan empat melambangkan filsafat “empat jalan menuju kebahagiaan”. Berbadan gemuk sebagai lambang orang berbadan besar yang sanggup mengalahkan musuh-musuhnya. Dewa Ganesha menunggangi tikus sebab tikus melambangkan keragu-raguan dalam menghadapi suatu hal, maka dari itu Ganesha berusaha merintangi segala kesulitannya.

Kelahiran

Meski Ganesa terkenal sebagai putera dari Siwa dan Parwati, mitos-mitos dalam Purana memiliki ketidakpastian mengenai kelahirannya. Dia bisa saja diciptakan oleh Siwa, atau oleh Parwati, atau oleh Siwa dan Parwati, atau muncul secara misterius dan ditemukan oleh Siwa dan Parwati. Terdapat berbagai versi mengenai kelahiran Ganesa, namun kisah yang paling terkenal berasal dari kitab Siwapurana.
Dalam kitab Siwapurana dikisahkan, suatu ketika Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan sang anak dengan baik.
Alkisah ketika Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, ia tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Bocah tersebut melarangnya karena ia ingin melaksanakan perintah Parwati dengan baik. Siwa menjelaskan bahwa ia suami Parwati dan rumah yang dijaga si bocah adalah rumahnya juga. Namun sang bocah tidak mau mendengarkan perintah Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun. Akhirnya Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan anaknya sendiri. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Siwa menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala si bocah. Ketika Parwati selesai mandi, ia mendapati puteranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Siwa sadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.
Atas saran Brahma, Siwa mengutus abdinya, yaitu para gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, gana mendapati seekor gajah sedang menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa. Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa Keselamatan.

Keluarga dan istri .

Dalam keluarga Ganesa ada saudaranya yang bernama Skanda, yang juga disebut Kartikeya, Murugan, dan lain-lain. Perbedaan wilayah memberikan versi berbeda tentang jenjang kelahiran mereka. Di India Utara, Skanda biasanya dianggap yang lebih tua, sementara di India Selatan, Ganesa dianggap yang lebih dahulu lahir. Skanda merupakan dewa perang yang mahsyur sekitar tahun 500 SM sampai 600 M, ketika pemujaan terhadapnya berkurang secara signifikan di India Utara. Seiring dengan memudarnya Skanda, Ganesa mulai berkembang. Beberapa kisah menceritakan persaingan antara kedua bersaudara tersebut dan bisa saja mencerminkan ketegangan yang terjadi antar sekte (pemuja Ganesa dan pemuja Skanda).
Status orangtua Ganesa, subjek pembicaraan yang luas bagi para sarjana, memiliki beragam versi dalam cerita-cerita mitos. Salah satu pola dalam mitos mengidentifikasi Ganesa sebagai seorang brahmacarya yang tak menikah. Pandangan ini biasa terdapat di India Selatan dan di beberapa wilayah India Utara. Dalam contoh lain, ia diasosiasikan dengan konsep Buddhi (kecerdasan), Siddhi (kekuatan spiritual), dan RiddhiSanskerta: daşi). Dalam contoh lain, ia diasosiasikan dengan dewi kebudayaan dan kesenian, yaitu Saraswati atau Śarda (umumnya di Maharashtra). Dia juga disangkutpautkan dengan dewi keberuntungan dan kemakmuran, Laksmi. Contoh lainnya, terutama yang menonjol di wilayah Benggala, menghubungkan Ganesa dengan pohon pisang, Kala Bo. (kemakmuran); tiga kualitas ini kadangkala dipersonifikasikan sebagai para dewi, yang konon menjadi para istri Ganesa. Dia bisa juga digambarkan dengan satu pasangan saja atau seorang pelayan tanpa nama ( Kitab Siwapurana mengatakan bahwa Ganesa memiliki dua putera: Ksema (kemakmuran) dan Laba (keuntungan). Menurut kisah versi India Utara, puteranya seringkali disebut Suba (keselamatan) dan Laba. Film bahasa Hindi tahun 1975 berjudul Jai Santoshi Maa menampilkan Ganesa yang menikahi Riddhi dan Siddhi lalu memiliki puteri bernama Santoshi Ma, dewi kepuasan. Kisah ini tidak memiliki dasar dari kitab Purana.

sumber: wikipedia.com

0 komentar:

Posting Komentar