Istilah beyonic dikenalkan sebagai singkatan dari beyond bio-organik. Artinya, beyonic sebagai teknologi untuk menjadikan pupuk organik tidak hanya sebagai pupuk penyubur tanaman, tetapi menjadi pupuk yang bisa menjalankan misi yang lain, seperti pemulihan lahan bekas tambang. Logam berat yang biasa terkandung pada lahan bekas tambang adalah ancaman mematikan. Logam berat tak hanya di lahan bekas tambang, tetapi bisa di mana-mana. logam berat juga biasanya terlarut di dalam air. Dia pasti terbawa air menuju permukaan tanah yang lebih rendah, lalu bermuara ke laut.
Di dalam tanah, logam berat diserap tanaman. Kalau kebetulan itu tanaman pangan, sumber pangan itu berpotensi karsinogenik, menyebabkan penyakit kanker. Manakala terlarut di dalam air dan hanyut ke laut, ikan liar atau yang dibudidayakan di tambak-tambak berpotensi menyerap logam berat. Bagi yang mengonsumsinya, akumulasi logam berat bisa menyebabkan kanker. Bukan hanya aktivitas tambang yang menghasilkan logam berat. Industri di perkotaan pun bisa. Pemakaian pupuk dan pestisida berbahan kimia juga bisa. Untuk mengantisipasi, dibutuhkan perlakuan khusus terhadap media yang ditumpangi logam berat, yaitu tanah dan air.
Beyonic adalah pupuk organik yang dipadukan dengan mikroba koleksi LIPI berupa konsorsium yang mampu mengatasi masalah pertanian setempat dan berproduktivitas tinggi. Saat ini koleksi mikroba LIPI, ujar Endang, telah mencapai sekitar 20.000 jenis, sekitar 4.000 mikroba telah teridentifikasi kemampuan unggulnya.
”Mikroba yang telah teruji itu berguna untuk mengubah lahan pertanian menjadi lebih baik,” kata Heddy Sulistyo, peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Teknologi beyonic diharapkan dapat mengantisipasi dampak perubahan iklim pada lahan kering dan dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Ditambahkan Sri Widiati, peneliti Puslit Biologi LIPI, konsorsium mikroba yang digunakan pada beyonic, antara lain, berasal dari Kawasan Penelitian Biologi LIPI di Wamena, Papua. Di Wamena, 16 mikroba unggulan untuk pengembangan pupuk organik bisa diisolasi.
sumber: kompas, 29 januari 2010
0 komentar:
Posting Komentar